“Menagih Peran Politik dan Intelektual IMM Untuk
Revolusi Indonesia”
Yang
kami banggakan seluruh kader IMM Banyumas: Menolak Tunduk dan Bangkit Melawan,
Karena Mundur adalah pengkhianatan!
Assalamu’alaikum wa rohmatullahi wa barakatuh.
Alhamdulillahirabbil’alamin..,
“Kuntum khairo ummatin ukhrijat linnaas, ta’muruuna bil ma’ruf wa tanhauna
‘anil munkar, wa tu’minuna billah”, kamu sekalian adalah umat terbaik yang
diperuntukan bagi manusia, menyeru kepada kebajikan, mencegah kekorupan, dan
beriman kepada Allah.
Segala
puji kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Hakim Yang Maha Adil, Penguasa Yang
Maha Mencintai. Shalawat dan salam tercurah kepada Sang Revolusioner,
inspirator kita, Nabi Agung Muhammad Salallahu ‘alaihi wa salam.
IMMawan dan IMMawati sekalian,
Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) sebagai organisasi gerakan yang telah mengalami
dinamikanya di sepanjang sejarah besok genap berusia 48 tahun. Usia yang
tergolong tidak muda lagi, namun tidak juga dapat dikatakan tua. Karena
Rasulullah SAW mulai menjalankan tugas kenabian sejak memasuki usia 40—usia
yang dipandang matang dalam ilmu psikologi.
Pantas
kiranya di usia yang cukup matang ini, IMM kembali merefleksikan gerak
langkahnya. Baik dalam rangka menghargai sejarah, maupun mengambil hikmah
darinya untuk menyusun strategi gerakan IMM kedepan. Di tengah arus informasi
dan kapitalisme global, dimana generasi muda terus tergerus oleh iming-iming
konsumerisme dan pragmatisme, sudah saatnya IMM yang dipercaya menjadi kelompok
intelektual muda menggariskan dirinya sebagai pelopor perubahan negeri.
IMMawan dan IMMawati penerus tampuk pimpinan umat,
marilah kita mengingat spirit “Enam Penegasan IMM” yang
menandai resminya pendirian IMM waktu itu, diantaranya:
-1. “Menegaskan bahwa IMM adalah gerakan mahasiswa
Islam.”
Dengan ini, IMM tidak hanya
sekedar sebagai organisasi kader yang melangsungkan aktivitas perkaderan di
tingkat internal saja, melainkan sebagai organisasi gerakan ia juga harus sudah
mempunyai kesadaran politik untuk membangun negeri ini menuju peradaban yang lebih
tinggi lagi. Politik yang dimaksud tentu bukanlah politik praktis, melainkan
politik kerakyatan—meski IMM juga tidak menafikan politik praktis. Dan gerakan
mahasiswa Islam tentu saja akan berbeda dengan gerakan lainnya, yaitu IMM dalam
perjuangannya tidak dapat lepas dari kerangka tauhid, dinul Islam.
-2. Menegaskan bahwa kepribadian Muhammadiyah adalah
landasan perjuangan IMM.
-3. Menegaskan bahwa fungsi IMM adalah eksponen
mahasiswa dalam Muhammadiyah.
Ini
berarti bahwa keberadaan IMM mutlak dibutuhkan Muhammadiyah sebagai kelompok intelektual
yang nantinya akan melanjutkan dan menyempurnakan cita-cita Muhammadiyah.
Sehingga kerjasama, sinergisitas dan dialektika antara IMM dan Muhammadiyah
menjadi syarat penting untuk tercapainya angan yang dicita-citakan
Muhammadiyah.
-4. Menegaskan bahwa IMM adalah organisasi mahasiswa
yang sah dengan mengindahkan segala hukum, undang-undang, peraturan serta dasar
dan falsafah negara.
-5. Menegaskan bahwa ilmu adalah amaliah dan amal
adalah ilmiah.
Seperti
yang diungkapkan Abdul Halim Sani dalam MGIP-nya, bahwa gerakan ilmu ikatan
yang tertanam dalam diri kader merupakan tindakan praksis kemanusiaan didasarkan
pada basis keilmuan kader dalam upaya ibadah kepada Allah. Ini artinya ilmu
yang dimiliki oleh kader harus memberikan dampak kebermanfaatan bagi manusia.
-6. Menegaskan bahwa amal IMM adalah lillahi Ta’ala
dan senantiasa diabdikan untuk kepentingan rakyat.
Penegasan
yang keenam inilah, menjadi point penting refleksi kita pada malam hari ini.
Dimana ditengah-tengah kondisi bangsa yang tengah mengalami degradasi bahkan
disorientasi baik di bidang ekonomi, politik, pendidikan, sosial, dan budaya,
IMM menyatakan dan memposisikan dirinya sebagai oposisi dari pemerintahan yang
korup, pemerintahan yang menelorkan kebijakan anti rakyat. Seperti tercetusnya
kebijakan pemerintah untuk menaikan harga BBM ditengah berbagai kesulitan
ekonomi yang dialami rakyat kita sekarang ini.
Untuk
itu, kontekstualisasi peran politik dan intelektual IMM untuk revolusi
Indonesia hari ini perlu ditagih. Sejauh mana kader-kader ikatan mampu
menangkap dan memahami realitas bangsa untuk menjawab berbagai problematikanya
menjadi acuan gerakan hari ini. Diam atau melawan! Bergerak atau tertindas.
Sebagai pamungkas pidato ini, akan saya bacakan sebuah
kontemplasi seorang intelektual Muhammadiyah;
“Sebagai hadiah malaikat menanyakan apakah aku
ingin berjalan diatas mega dan aku menolak karena kakiku masih di bumi sampai
kejahatan terakhir dimusnahkan sampai dhu’afa dan mstadh’afin diangkat Tuhan
dari penderitaan” (Kuntowijoyo).
Menolak Tunduk dan bangkit melawan, karena mundur
adalah pengkhianatan!
Wassalamu’alaikum warahmatullah wa barakatuh.
(Disampaikan pada malam refleksi menuju Milad IMM
ke-48, Purwokerto, 13 Maret 2012)