Jumat, 16 Desember 2011

Pergerakan Mahasiswa Eksistensialis

Dalam jenjang pendidikan di Indonesia terbagi dalam beberapa bagian, antara lain pendidikan pra sekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan kejuruan dan perguruan tinggi. Dalam pendidikan pra sekolah kita mengenal dengan nama PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), pada masa ini pendidikan diperuntukkan untuk anak-anak yang masih balita dan tujuannya memang mengenalkan dunia sekolah. Jenjang selanjutnya yaitu Pendidikan Dasar yang kita sebut dengan Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah. Lama pendidikannya adalah 6 tahun. Pembelajaran pada masa ini adalah mengenalkan keilmuan dasar dari seluruh bidang ilmu. Selanjutnya kita mengenal pendidikan mengenah yang terbagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama yaitu pendidikan menengah pertama yang sering kita sebut dengan SMP atau MTs.
Pada jenjang ini murid dikenalkan dengan ilmu-ilmu yang lebih tinggi dari pendidikan dasar dan tentu saja pengembangan karakter dikuatkan guna membentuk peserta didik yang matang. Bagian kedua adalah pendidikan menengah atas, pendidikan ini menitik beratkan pada spesifikasi bidang ilmu yang menurut peserta didik dapat menempuhnya. Jika pada menengah pertama peserta didik disugui dengan bidang ilmu yang membagi dua aliran utama yaitu Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial dengan memberikan cabangnya. Maka pada jenjang menengah atas ini peserta didik akan diarahkan pada kecenderungan keilmuannya yaitu Bahasa, IPA dan IPS. Berbeda halnya dengan pendidikan kejuruan, pendidikan ini khusus dan memang untuk peserta didik yang khusus. Yaitu menyiapkan peserta didik pada lapangan kerja setelah bermasyarakat nanti.
Pada tiga jenjang pendidikan diatas peserta didik dibentuk aspek kognitif, afektif dan psikomotoriknya. Namun dengan keterbatasan kapasitas seorang peserta didik yang masih pada jenjang dasar, menengah dan kejuruan tidak cukup kuat untuk merubah masyarakatnya. Itu disebabkan karena selain jiwanya yang masih labil, namun peran guru yang dominan juga mengakibatkan peserta didik pada jenjang ini mengalami kemandegan keilmuan hanya berkutat pada aspek kognitif saja, ditambah dengan kebijakan pemerintah yang memberlakukan ujian nasional.
Pada jenjang mahasiswalah seharusnya seorang peserta didik berkembang untuk tidak hanya sekedar mengisi otaknya. Namun juga dipertimbangkan ilmu tersebut dan dimanfaatkan semaksimal mungkin guna kebaikan bersama dalam masyarakat. Karena memang mahasiswa adalah bagian dari elemen masyarakat yang hendaknya dapat merubah kaum kita yang memang sedang dalam keadaan terpuruk dan terbelakang. Karena kita sadar, bahwasannya mahasiswa adalah kelompok masyarakat yang memang mempunyai akses pengetahuan tinggi mengenai segala ilmu. Selain itu juga mahasiswa berada pada jenjang pemuda yang siap membangun masyarakat nantinya, selain kuat juga tenaganya dibanding kaum tua dan kaum remaja.
Mahasiswa sekarang?
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwasannya 1998 lalu rezim Soeharto ditumbangkan oleh kelompok mahasiswa. Kala itu mahasiswa bergerak dengan menularkan virus pada mahasiswa lain dan menembak musuh bersama-rezim Soeharto, dalam pergerakannya. Sehingga mahasiswa dapat bersama-sama menumbangkan lawan dengan jelas. Pada masa itu memang terjadi suatu krisis moneter yang melanda Indonesia dan tentu saja masyarakat pun dengan setuju mahasiswa bergerak. Ditambah pula dengan rezim otoriter membuat kalangan pers dan media dibuat tidak berkutik dengan kebijakan rezim kala itu menambah kawan mahasiswa untuk bergerak menumbangkan rezim.
Berbeda halnya kala ini yang memang sudah terjadi pergeseran dari zaman otoriter menuju zaman yang bebas. Pers yang ada sekarang mungkin ribuan seantero jagad Nusantara ini dan membuat kebebasan berpendapat pun terbuka lebar. Mahasiswa kini sering melakukan aksi-aksi yang dilakukan di jalan raya, di tempat umum maupun tempat strategis lainnya tanpa dicampuri pemerintah. Dan mahasiswa pun terus melakukan itu, menyampaikan pendapatnya di tempat umum. Namun hasilnya tak begitu terlihat, hanya terlihat saat menyatakan kepada pemerintah dengan kata-kata manis mereka untuk menampung aspirasi mahasiswa.
Seperti itu mahasiswa sekarang ini, menyatakan pendapat pada pemerintah untuk didengar dan dilaksanakan. Itu memang cukup untuk memberikan yang terbaik pada masyarakat kita. Namun ada formula lain yang perlu dipertimbangkan dalam bergeraknya mahasiswa. Yaitu think globaly act locally. Pemilihan formula ini cukup ampuh menerut penulis, selain ada aksi nyata dari mahasiswa sendiri dan bukan tidak mungkin akan ada efek domino yang terjadi pada masyarakat. Daripada sekedar menyatakan pendapat pada pemerintah yang hanya mengkritik pada beberapa sisi saja.
Berpikir global artinya mencari sesuatu yang memang akan berdampak besar dalam benak kita dan itu bukan hanya berasal dari dalam masyarakat mahasiswa sendiri melainkan dari sesuatu yang telah didapatnya. Bertindak lokal yaitu melakukan sesuatu yang memang khusus diperuntukkan bagi kalangan sekitar tanpa menghilangkan sesuatu yang khas dari masyarakat tersebut. Jadi think globally act locally adalah pikiran dalam otak kita yang berasal dari sesuatu yang besar dan akan berdampak besar pada masyarakat serta dilakukan dengan tanpa menghapus kekhasan dari masyarakat tersebut dan untuk masyarakat tersebut.
Formula think globally act locally merupakan suatu yang harusnya bisa diperbuat oleh kalangan akademisi dengan berpikiran penuh kematangan intelektual untuk melakukan sesuatu pada masyarakat. Sehingga apa yang ada dalam dirinya dapat disalurkan pada masyarakat lainnya. Dan tentu saja pemerintah pun akan melihat pada masyarakatnya berubah karena mahasiswa yang penuh keilmuan yang bermanfaat, bukan hanya sekedar ada dalam otaknya saja. Mungkin ada banyak sekali perwujudan dari think globaly act locally, tergantung dari bidang ilmu yang diambil oleh mahasiswa tersebut atau bakat yang ada dalam mahasiswa tersebut. Ilmu itu bermanfaat ketika itu ada dalam masyarakat dan membawa perubahan yang baik pula pada masyarakat, bukan untuk disimpan sendiri.
Wujud think globally act locally
Salah satu wujud dari think globally act locally adalah salah satunya melalui perumusan media yang mampu merubah rasa untuk musuh bersama antara masyarakat dan mahasiswa. Ini menjadi penting dalam perumusan pergerakan mahasiswa karena beberapa hal dalam kaitannya dengan masyarakat. Hal tersebut adalah karena kita sekarang pada zaman globalisasi yang dimana tempat satu dengan tempat lain tidak terlalu jauh untuk dilewati begitu saja. Globalisasi ini dimulai dari pasar yang kita kenal dengan pasar global-salah satunya dengan Cina sekarang ini, sampai dengan globalisasi media-misal internet, penambahan oplag media cetak, perluasan jaringan televisi dan radio. Selain efek dari globalisasi media tersebut diatas, ada hal yang lain perlu kita timbangkan yaitu mengenai teori ketergantungan media.
Teori ketergantungan media (dependency theory) diperkenalkan oleh pakar komunikasi massa Melvin De Flour dan Sandra Ball-Rokeach. Teori ini membincangkan mengenai hubungan integral antara pemirsa, media dan sistem sosial yang besar. Teori ini berpandangan bahwa kini media menjadi suatu yang perlu disuguhkan dalam keluarga dan setiap sistem sosial masyarakat. Untuk alasannya ada beberapa hal yaitu antara lain pendidikan, informasi dan hiburan.
Media yang perlu kita lihat itu bukan hanya sebuah pemberitaan oleh wartawan lalu disiarkan oleh presenter atau pun dicetak melalui koran. Namun lebih dari itu, media dapat berbentuk karya tulis ilmiah, jurnal pendidikan, dan buku-buku.karena media salah satunya adalah fungsinya sebagai mendidik mahasiswa. Begitu juga pergerakannya mahasiswa sekarang ini seharusnya dengan menggalakkan karya ilmiah dengan mempertimbangkan aspek “berpikir global dan bertindak lokal”. Mahasiswa harus mendidik masyarakat lewat buku-buku yang ramah lingkungan dan tidak berkiblat pada pandangan kota yang kapitalis dan individualis.
Selanjutnya, media sudah barang tentu mempunyai fungsi hiburan. Memang hiburan sangat sulit untuk disusupi idealisme pergerakan mahasiswa, namun ada celah untuk melakukannya yaitu dengan cara memberikan gambaran mengenai mahasiswa melakukan aksi demi kepentingan masyarakat dan membongkar kebobrokan pemerintah dengan dibumbui hiburan, misal percintaan antar mahasiswa tersebut yang melakukan aksi. Dan memberikan pendidikan cinta remaja bukan hanya mengenai kasih sayang antar keduanya, melainkan aksi nyata untuk masyarakat dengan kasih sayang mereka.
Informasi merupakan yang terpenting dari sebuah pemberitaan di media. Informasi berbeda halnya dengan pendidikan untuk masyarakat. Jika pendidikan, seorang jurnalis menjelaskan secara rinci dengan argumen yang tepat sehingga masyarakat dapat memahami ilmu apa yang akan diterima. Berbeda halnya dengan informasi, seorang jurnalis melaporkan sesuatu dengan apa adanya di tempat kejadian. Jika jurnalis diandaikan seorang mahasiswa, maka mahasiswa pun harus menyampaikan sesuatu pada masyarakat dengan apa adanya, tidak ada niatan apapun untuk menyelewengkan masyarakat demi kepentingan mahasiswa. Dan memberitakan pemerintah bukan hanya dari yang terlihat kurang baik, namun memberitahukan juga kebaikan-kebaikannya.
Jika itu semua dilakukan
Bukan sebuah rahasia lagi jika mahasiswa melakukan aksi turun ke jalan masyarakat hanya apatis melihat seperti itu. Misal ketika ada tukang becak yang berada di jalan, mereka hanya diam dan tidak ada rasa untuk ikut bersama. Padahal kita sering mengatakan bahwa kita memperjuangkan nasib mereka. Lalu apa yang harusnya yang dilakukan?
Diatas sudah disampaikan bahwasannya think globally act locally menjadi landasan pemikiran original dari mahasiswa dalam bergerak, ditambah lagi dengan pengaturan tambahan mengenai penggunaan media yang tepat untuk diterapkan pada masyarakat. Sehingga masyarakat dan lainnya tidak memandang mahasiswa melakukan aksi turun ke jalan sekedar wujud eksistensialis mahasiswa. Tapi dengan melakukan pendidikan kepada masyarakat bahwa pergerakan mahasiswa untuk kepentingan bersama. Pendidikan melalui media dapat dilakukan dengan menampilkan film dokumenter, sinetron percintaan yang dibumbui pergerakan mahasiswa, informasi mengenai pemerintah yang berimbang dan tanpa sangkaan.
Memang sulit menembus media yang kini juga mempunyai ideologi kapitalisme, namun dengan memberikan pengertian kepada wartawan, dan redaksi media bahwa mahasiswa melakukan itu terbaik untuk masyarakat. Walaupun kita tidak harus membayar biaya iklan pada mereka.
 

About

PC IMM Banyumas 2011 - 2012.
Sekretariat Jln. dr. Angka No. 1 Purwokerto Contact Person 085228940947 (Dwi Setyowati)

Blog Archive