Jumat, 09 Desember 2011

Pergerakan Mahasiswa Dewasa Ini

Oleh: Ranggi Maulana (Kabid Keilmuan IMM Cabang Banyumas dan Ketua IMM Komisariat Soedirman)

 “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,menyuruh(berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulan orang-orang yang beruntung”( Al Qur’an Surat Ali Imran 104)
Mahasiswa atau mahasiswi adalah sebutan untuk orang yang sedang menjalani pendidikan tinggi disebuah universitas atau perguruan tinggi. Tapi lebih dari itu, mahasiswa mempunyai pengertian yang lebih luas dari hanya sekedar orang yang menjalani pendidikan dikampus-kampus. Mahasiswa yang juga merupakan bagian dari masyarakat berada dalam kalangan elit karena dianggap memiliki pendidikan yang tinggi, serta ekspektasi yang besar terhadapnya baik itu dari lingkungan keluarga maupun masyarakat. Mahasiwa yang sering disebut sebagai agent of change,agent of control serta moral force idealnya mampu memberikan peran atau jawaban-jawaban atas persoalan yang terjadi dalam masyarakat atau bangsa.
Peran mahasiswa dalam perjalanan bangsa Indonesia telah terlihat sejak zaman Pre-Kemerdekaan hingga sekarang. Peran paling nyata terlihat  ketika penggulingan presiden Soekarno dari jabatan Presiden seumur hidup pada tahun 1966 dan reformasi mei 1998 yang menghasilkan tumbangya rezim Orde baru yang otoriter ditandai dengan pengunduran diri Presiden Soeharto dari jabatan kepresidenann. Bahkan tercatat peristiwa besar dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia seperti Sumpah Pemuda 1928 juga tak luput dari peran mahasiswa sebagai agent of change,agent of control serta moral force.

Kehilangan arah
Berbagai catatan sejarah yang telah ditorehkan gerkan mahasiswa dalam perjalanan panjang bangsa sudah seharuusnya menjadi pelajaran bagi kita semua sebagai anak bangsa. Sudah lebih dari satu dasawarsa Reformasi telah berlalu. Namun,hari ini kita tidak melihat perbaikan yang signifikan terhadap nasib bangsa. Berbagai persoalan muncul kembali yang hingga hari ini tidak menemui titk terang. Persoalan seperti, disintegrasi, konflik sarat muatan SARA, terorisme, krisis ekonomi, kesejahteraan rakyat, penegakan hukum dan HAM,serta masalah korupsi yang sekarang telah menyebar keseluruh sendi kehidupan berbangsa dan bernegara seperti menjadi hal yang sudah umum. Persoalam-persoalan diatas seakan-akan menggambarkan bahwa agenda besar yang dulu dibawa oleh gerbong besar reformasi telah gagal dalam membawa perubahan dan mengentaskan bangsa dari keterpurukan. Berbagai masalah seperti KKN seakan-akan hanya bermetamorfosis menjadi bentuk yang lain,bahkan menjadi bentuk yang lebih merusak,ulah para elit tidak berubah,status quo hanya menjadi status quo yang baru.
Mahasiswa hari ini banyak dikatakan dalam pergerakanya seperti kehilangan arah dan tujuan. Gerakan mahasiswa menjadi  blur karena kehilangan Common Enemy. Dewasa ini yang ramai dibicarakan dikalangan mahasiswa salah satunya adalah bagaimana lulus dengan cepat, meraih IPK tinggi dan langsung mendapatkan pekerjaan, mereka enggan berorganisasi karena dianggap organisasi akan menghambat kuliah mereka. Hal-hal semacam ini sesungguhnya dalah salah satu musuh yang nyata bagi gerakan mahasiswa, karena sikap pragmatis dan oportunis seperti itulah yang merusak hakekat mahasiswa sebagai agent of change,agent of control serta moral force.
Hari ini para elit sendiri lebih asik dengan dagelan-dagelan politik. Kabinet Indonesia bersatu jilid II pimpinan Yudhoyono tak ubahnya hanya jual beli kekuasaan yang penuh dengan kontrak politik antar elit partai. Pemberantasan korupsi yang setengah hati kalau tidak mau dikatakan tak serius oleh pemerintah mengakibatkan ketidak percayaan masyarakat terhadap pemerintah meningkat. Tengok kasus century, kasus Gayus tambunan, suap di kemenakertrans dan kemenpora serta lambanya aparat penegak hukum dalam menyelesaikan kasus-kasus korupsi, hingga baru-baru ini ramai diberitakan tentang masalah dengan pengadilan tipikor di dearah yang dinilai tidak capable dalam menjalankan fungsinya semakin menambah pesimis masyarakat bahkan mungkin apatis. Anggota DPR yang diberi tugas untuk menyalurkan aspirasi masyarakat malah sibuk dengan bagi-bagi proyek, piknik keluar negeri dengan alasan studi banding dan anggaran negara yang seharusnya mereka perjuangkan demi kesejahteraan rakyat malah menjadi bancakan mereka untuk kepentingan pribadi dan partai. Berbagai fasilitas mewah diberikan, rumah dinas, mobil dan gaji sarta tunjangan yang sangat fantastis nilainya menjadi sebuah paradoks ketika melihat kehidupan rakyat nun jauh dibawah sana.
Berbeda dengan kalangan elit, frustasi sosial semakin menghantui masyarakat. Walaupun kestabilan politik dan ekonomi dapat dijaga namun belum cukup untuk membawa kemakmuran bagi masyarakat Indonesia. Masih banyak ditemui anak-anak yang putus sekolah, kesulitan akses kesehatan dan pendidikan kendatipun telah ada program Jamkesmas/Jamkesda dan sekolah gratis, bahkan hal itu malah menimbulkan masalah baru dikalangan birokrasi terkait. Akses jalan yang tidak menyentuh hingga daerah terpencil, bahkan untuk wilayah pulau jawa saja masih banyak daerah yang terisolir karena akses jalanya buruk. Maka dapat dibayangkan bagaimana kondisi wilayah-wilayah yang ada dipedalaman Kalimantan, Sumatra, Sulawesi hingga Papua. Masalah pemerataan pembangunan masih menjadi masalah utama bagi bangsa Indonesia dari awal kemerdekaan hingga sekarang. Bahkan persoalan ini telah mengusik persatuan dan kesatuan NKRI, karena mengakibatkan konflik-konflik didaerah yang menjurus kearah disintegrasi. Belum lagi masalah kerusakan lingkungan serta kesemrawutan pertambangan di Indonesia yang hanya menguntungkan segelintir elit dan perusahaan namun meninggalkan penderitaan yang luar biasa bagi rakyat.
Sementara itu dikalangan aktifis gerakan mahasiswa sendiri tidak bisa dikatakan tidak ada masalah. Hari ini kita lihat elit yang sekarang duduk dipemerintahan baik itu di eksekutif,legislatif maupun yudikatif kebanyakan dari mereka dulu adalah aktifis gerakan mahsiswa, mereka yang dulu berkoar-koar anti KKN, pro perubahan serta anti status Quo orde baru. tetapi sekarang kemana perginya keberanian mereka menentang semua itu? Bahkan bukan menentang serta memperjuangkan kesejahteraan bagi rakyat, mereka malah mengkebiri serta ikut dalam arus carut marut politik yang tak berkesudahan. Terang perilaku elit yang demikian itu menimbulkan tanda tanya besar bagi kita,kenapa mereka yang dulunya aktifis sekarang malah menjadi pejabat yang korup,dsb?. Entah itu karena sistem perkaderan dan ideologisasi yang belum selesai atau karena personal yang memilih menjadi aktifis demi keuntungan pribadi serta memilih jalan oprtunis ketimbang mempertahankan idealismenya.
Berbagai persoalan tersebut minimbulkan dampak bagi gerakan mahasiswa dewasa ini. Gerakan mahasiswa seakan-akan kebingungan akan memulai dari mana menjawab berbagai persoalan serta dinamika sosial yang terjadi. Ketika ingin melakukan kontrol sosial dengan melakukan demonstrasi, hari ini kita dihadapkan dengan perpecahan gerakan mahasiswa. Mahasiswa dengan gerakanya belum padu dalam alur gerakan serta tujuan yang ingin dicapai. Belum lagi masalah internal organisasi gerakan mahasiswa yang sekarang sedang krisis sumberdaya manusia. Budaya pop yang marak dikalangan anak muda sekarang adalah salah satu penyebabnya, hingga mereka enggan untuk aktif dalam organisasi atau memilih untuk menjadi aktifis. Mereka lebih suka hedon ketimbang berpayah-payah dalam organisasi, ditambah lagi dengan ketakutan-ketakutan yang terjadi dikalangan mahasiswa tetang masa depan mereka yang terlihat semakin tidak menentu.
Tetapi ghirah gerakan mahasiswa dalam melakukan kontrol sosial tidak sepenuhnya mandek, beberapa bulan terkhir dapat terlihat mulai menkerucutnya gerakan mahasiswa. Aksi mahasiswa dalam menyambut 2 tahun kepemmpinan Yudhoyono serempak dilakukan di berbagai penjuru tanah air pada 20 oktober lalu. Yudhoyono dinilai telah gagal oleh sementara kalangan aktivis mahasiswa dalam mengemban amanat konstitusi. Wacana agar Yudhoyono mengundurkan diri kembali menguat. Tentu gerakan mahasiswa yang pertama-tama meneriakan wacana ini.
Kemudian muncul pertanyaan seputar gerakan mahasiswa, model gerakan seperti apakan yang cocok dengan kondisi kekinian? Dengan kondisi internal gerakan mahasiswa sendiri yang demikian apakah masih relevankah menggunakan metode seperti yang pernah dilakukan mahasiswa-mahasiswa pada era 66 dan 98 dalam melakukan kontrol sosial?  Serta tujuan yang ingin dicapai seperti apa? mengingat sekarang persoalan yang dihadapi bangsa lebih kompleks dari era-era sebelumya serta perkembangan jaman dan arus informasi begitu cepat. Tentulah pertanyaan tersebut seharusnya menjadi motivasi ditengah kegelisahan bagi aktivis gerakan mahasiswa untuk menjawab tantangan jaman.
Blue Print
Gerakan mahasiswa bagikan resi yang turun gunung, siap membasmi “hama” masyarakat atau laksana Sheerif membawakan api kehancuran bagi siapa yang mengganggu masyarakat. Begitulah ungkapan Arif budiman dalam memandang peran mahasiswa dalam melakukan kontrol sosial. Lebih jauh lagi,mahasiswa adalah anak semua jaman, mereka selalu hadir ketika perilaku elit telah menciderai rasa keadilan dan penindasan dimasyarakat. Berbagai peristiwa dari era yang berbeda telah membuktikan hal itu.
Namun disisi lain, mahasiswa ketika tujuan telah mencapai tujuan sering kali berhenti hanya sampai disitu. Penumbangan rezim sering dianggap sebagai solusi akhir dari berbagai persoalan yang mendera bangsa. Tahun 66 ketika penggulingan presiden Soekarno oleh mahasiwa dan ABRI, mereka cenderung lebih menyerahkan suksesi kepemimpinan kepada militer. Seharusnya mereka bisa berperan lebih dalam menentukan nasib bangsa kedepan. Begitupun ketika reformasi 1998, mahasiswa agaknya setengah hati dalam melakukan perubahan serta transisi kekuasaan. Gerakan mahasiswa harus lebih dari sekedar gerakan penumbangan rezim, jangan hanya melakukan tuntutan dan pelaksanaan tuntutan tetap diserahkan kepada negara yang notabenene negara masih diisi oleh elit-elit korup yang menjadi sumber utama dari permasalahan bangsa.
Gerakan mahasiswa seharusnya tidak berhenti sebagai gerakan moral dan gerakan menumbangkan rezim saja, tetapi juga harus merebut dan membangun kekuasaan. Bagaimana mungkin gerakan mahasiswa bisa mewujudkan cita-cita politik mereka tanpa memperoleh kekuasaan? Untuk mendapatkan kekuasaan, gerakan mahasiswa harus membangun gerakan ekstraparlementer lewat mobilisasi massa dan gerakan intraparlementer dengan masuk ke kancah politik formal.
Politik adalah sebuah keniscayaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga gerakan mahasiswa sudah saatnya menghilangkan kengganan ketika berbicara masalah politik. Politik bukanlah hal yang tabu, bahkan wajib hukumnya bagi gerakan mahasiswa untuk berbicara masalah politik. Hanya saja ketika memutuskan untuk terjun langsung kekancah politik, gerakan mahasiswa harus mampu mewarnai dan membawa perubahan kearah yang lebih baik. Jangan sampai ketika telah masuk keranah politik praktis kita akan terbawa arus, mudah diiming-imingi dengan uang dan jabatan. Pemantapan ideologi dikalangan gerakan mahasiswa akan menjadi sangat penting ketika nanti terjun langsung kemasyarakat.
Disisi lain, perjuangan dapat dilakukan dengan menulis buku-buku, jurnal atau artikel yang masih sangat sedikit jumlahnya. Hari ini literatur-literatur tentang demokrasi dan sistem ekonomi hampir semua didominasi oleh barat. Demokrasi ala barat serta sistem ekonomi yang pro pasar. Menurut Yudhie haryono, ekonom-ekonom di Indonesia seperti tidak tahu lagi bahwa sesungguhnya ada sistem ekonomi lain selain sistem ekonomi neoliberal yang propasar, seperti ekonomi kerakyatan, yang pro konnstitusi. Ini disebabkan karena kurangnya literatur dan pemahaman tentang hal itu. Hal itu juga terjadi pada proses demokrasi yang terjadi di negeri ini.
Revolusi, mungkinkah?
Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok-pokok kehidupan masyarakat. Di dalam revolusi, perubahan yang terjadi dapat direncanakan atau tanpa direncanakan terlebih dahulu dan dapat dijalankan tanpa kekerasan atau melalui kekerasan. Revolusi menghendaki suatu upaya untuk merobohkan, menjebol, dan membangun dari sistem lama kepada suatu sistem yang sama sekali baru. Revolusi senantiasa berkaitan dengan dialektika, logika, romantika, menjebol dan membangun (Weikipedia).
Indonesia tercatat telah beberapa kali mengalami Revolusi,seperti revolusi 45 (terlepas dari perdebatan mengenai kemerdekaan adalah sebuah Revolusi), revolusi 66 dan revolusi (reformasi) 98. Hari ini mungkin sebagian aktifis gerakan merindukan revolusi untuk bangsa Indonesia yang menginginkan perubahan, namun ada juga yang menginginkan perubahan tanpa jalan revolusi. Namun yang perlu diingat adalah, bahwa walaupun Revolusi merupakan perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung dengat cepat hal ini tidak terjadi dengan tiba-tiba atau taken for granted. Ada perjalanan panjang yang harus dilalui sebelum revolusi itu berlangsung. Che Guevara melakukan perjalanan revolusioner tidak kurang dari 20 tahun untuk memperjuangkan revolusi yang diyakininya, Dr Sun yat sen lebih kurang melakukan 11 kali revolusi terhadap dinasti Qing hingga berhasil menumbangkan kekaisaran dan menghasilkan Republik Cina dan yang paling baru adalah revolusi oleh rakyat yang putus asa diakibatkan oleh kediktatoran pemimpin yang terjadi dinegara-negara arab seperti Tunisia, Mesir hingga Libia.
Belajar dari pengalaman sejarah Indonesia, revolusi harus dipersiapkan secara matang, tidak bisa setengah-setengah. Pendidikan kepada rakyat adalah mutlak harus dilaksanakan sebelum Revolusi agar mereka sadar tentang nasib dan masa depan mereka, pengorganisasian kaum Buruh, Nelayan, Petani dan mahasiswa harus dilakukan. Mahasiswa harus bersatu dan back to grass root, turun langsung ke basis masa untuk melakukan penyadaran terhadap masyarakat. Bahwa, hari ini ada yang salah dengan bangsa Indonesia. Bahwa, hari ini ada yang salah dengan elit pemimpin negeri yang hidup bermewah-mewah sementara rakyat hidup melarat. Disintegrasi bangsa adalah musuh kita sekarang, harga BBM yang melambung adalah musuh kita sekarang, melonjaknya kebutuhan pokok adalah musuh kita sekarang, buruknya penegakan hukum dan HAM adalah musuh kita sekarang, kesenjangan antara pusat dan daerah adalah musuh kita sekarang, kerusakan lingkungan akibat perusakan hutan adalah musuh kita sekarang. KKN, politisi korup serta aparat penegak hukum yang dapat dibeli dengan uang adalah musuh bersama seluruh rakyat Indonesia. Perbaikan ekonomi, kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan bagi seluruh Rakyat Indonesia harus menjadi tujuan utama. Indonesia harus menjadi Negara yang mandiri, tidak tergantung pada asing. Kemerdekaan politik tidak mungkin dicapai tanpa kemerdekaan eknomi. Dan kemerdekaan suatu bangsa tidak akan tercapai tanpa kemerdekaan dari keduanya.
Jika sudah demikian, rasanya Revolusi adalah sebuah keharusan. Berdasarkan ayat suci Al Qur’an diatas pilihan kita adalah menjadi orang-orang yang beruntung dengan mengobarkan semangat revolusi untuk perubahan yang lebih baik.
 

About

PC IMM Banyumas 2011 - 2012.
Sekretariat Jln. dr. Angka No. 1 Purwokerto Contact Person 085228940947 (Dwi Setyowati)

Blog Archive